Sunday, July 12, 2009

percakapn ditengah tahun ajaran baru

percakapan 1 (sebuah desa di daerah jawa)
reporter : ibu bagaimana ceritanya anak anda mau masuk sekolah?
ibu-ibu : iya pak, anak saya mau masuk SD, uang masuknya 400rb saya bilang bisa dicicil gak?kata mereka gak bisa, kalo saya gak bisa lunasin mending diambil lagi aja berkas2 ijazah nya
anak si ibu : (melongo melihat kamera dan mungkin dalam hatinya berkata : makk..aku mau masuk SD, aku udah bisa baca dan ngitung 1-20 kok)

Percakapan 2 (lokasi :perumahan mampang indah dua blok T no2,Depok. di ruang tamu)
si ibu : lumayan sih pah, nemnya 32, 80. rata-rata 8. mama gak jadi pingsan pas nerima hasilnya. tapi ternyata temen2nya pada dapet nilai 9 semua padahal temen2nya ini yang anak bandel2, gurunya aja heran semua, pada dapet contekan kali ya.
si bapak : ya udahlah ma, coba dulu aja semua sma negeri di depok mana yang bisa nerima. kalo gak dapet ya kita ke swasta
si ibu : swasta mana pah? swasta disini gak ada yang bagus,udah gitu mahal banget lagi. keperluan yang pada kuliah aja lagi banyak2nya, belum lagi kita naek haji taun ini.
si bapak : ya udahlah tenang aja, urusan papa itu mah. *sok tenang
si anak : *dengan tampang gobloknya melongo aja sambil sesekali baca komik seolah-olah gak bersalah
si kakak : aduhh bego banget sih lo,nyari sekolah lo susah amat, negeri gak ada yang terima. mesti ke swasta yang bayarnya bisa nyampe 10 juta lebih. *kesel karena udah 3 hari muter2 nyari sekolah buat adeknya yang tidak terlalu pintar kalo tidak mau disebut tolol.

percakapan 3 (Tempat pemungutan suara di sebuah kompleks perumahan)
ibu 1 : anaknya diterima dimana bu?
ibu 2 : itu lo di sekolah swasta ****
ibu 1 : anak saya dapet sma 1 loh *tersenyum rada mau nyombong (FYI, SMA 1 Depok adalah sma unggulan di depok yang cuma nerima anak2 pinter macam gw dulu tapi sekarang sekolah negeri ini menjadi sekolah berstandar internasional untuk semua kelas)
ibu 2 : anak saya gak ada yang diterima negeri, masuk swasta deh. sekolah sekarang mahal ya, masuknya aja 10jt lebih bulanannya belum
ibu 1 : sekolah anak saya sekarang juga mahal bu, biar kata negeri juga. masuknya diatas 5juta, bulanannya 400rb-an. pusing mikirnya


percakapan 4 (disuatu tempat entah dimana yang pasti di Indonesia)

reporter : ibu gimana persiapannya mau masuk tahun ajaran baru sekolah?
si ibu : aduhh..butuh uang banyak. buat seragam, beli buku baru, uang pangkal masuk sekolah. semuanya pake duit..orang kecil kayak saya gini, makan aja kadang susah, mau nyiapin buat sekolah gini makin mumet.
reporter : memang kira2 berapa bu kebutuhan masuk sekolah baru ?
si ibu : sekolah di kampung gini aja udah hampir 500rban buat masuk sekolah. belum perlengkapannya. ampunn deh, kalo gak dapet uang si bapak mah, biarin nganggur aja dulu. yang penting anak mah udah lulus dulu aja SD.


Sekolah dan pendidikan sekarang menjadi kombinasi 2 hal penting : kecerdasan otak +kemampuan membayar.keduanya adalah komplementer bukan saling menggantikan, kecuali meletakkan kata "sangat" di depannya.
ketika anak anda pintar tapi anda tak punya cukup uang, jangan banyak bermimpi bisa sekolah dan mendapat pendidikan yang layak, dan ketika anda memiliki uang tapi anak anda tidak pintar juga jangan harap ada sekolah yang siap menampung kebodohan anak anda kecuali sekolah itu juga dihuni oleh anak2 berotak sama.
Kecuali jika, anak anda SANGAT pintar maka bersiaplah menerima tawaran beasiswa yang datang atau jika anda SANGAT kaya mungkin saja anda bisa menyisipkan sebagian harta anda dibalik tangan pihak sekolah bermutu namun matre untuk menitipkan anak anda bersekolah disana tanpa repot2 menjalani seleksi.

Biaya adalah variabel penentu dengan tingkat signifikansi yang sangat tinggi untuk menentukan tingkat dan mutu pendidikan secara umum (karena tidak dipungkiri banyak pula kasus2 khusus yang menyalahi kesimpulan ini). Sekolah Berstandar Internasional pun kini yang sedang menjamur di Indonesia bukan sekedar mutu pendidikannya saja yang bertandar internasional tapi juga menjadi " sekola berbiaya internasional"

Ketika pendidikan merupakan hak dari warga negara dimana negara seharusnya menyediakannya agar dapat diakses secara merata dan adil justru menjadi salah satu beban terbesar setiap rumah tangga yang memiliki anak..

3 comments:

jayh said...

hey,, berkenan adanya forum retor untuk penentuan mentri pendidikan bgimana neh?? apa menurutmu itu solutif dan etraktif para intelektualis dalam peran pemecahan problem kebangsaan seperti ini?

Martha-Happy said...

setidaknya menteri pendidikan sebaiknya berasal dari kalangan "pendidik" atau intelektual bukan orang2 dengan pakaian "politisi" jadi paham konsep, sistem dan tujuan idel dari pendidikan itu apa.

Ridwan Thalib said...

tulisan anda tampaknya menjadi dasar untuk hakim agung memutus untuk menolak kasasi pemerintah perihal penyelenggaraan UAN yang mana harus dibatalkan (atau ditunda sampai dengan adanya perbaikan - entah bagaimana measurement perbaikan yang dimaksud) karena banyaknya ketidak sama rataan dan ketidak adilan dalam penyelenggaraan pendidikan dilihat dari standard kualitas minimumnya dan infrastrukturnya...menteri pendidikan dari kalangan pendidik?? hahahaha..dengan anggaran 20% dari APBN, dan presiden akan mempercayakan ke "org lain" so called "pendidik"? again..hahahahaha...anyhow,nice illustration and writings