Arung Sejarah Bahari III
Maluku Utara:
Nusantara terkenal sebagai wilayah yang didominasi oleh laut, sekitar 80% dari wilayah negeri ini terdiri dari lautan baik besar maupun kecil yang menjadi penghubung antar pulau-pulau di Nusantara. Laut menjadi bagian yang penting dari suatu proses integrasi menjadi sebuah bangsa, karena itulah semangat kebaharian dan perspektif yang luas mengenai laut perlu dikembangkan. Berangkat dari dasar pemikiran itu maka diadakanlah kegiatan Arung Sejarah Bahari (AJARI), yang merupakan bentuk kerjasama sinergis antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala dengan Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan AJARI telah memasuki tahun ketiga pelaksanaannya, dengan mengangkat tema “Membangun Kembali Peradaban Bahari Dengan Menjelajahi Pusat Perdagangan Rempah-Rempah Nusantara” ,AJARI III berkegiatan mengunjungi Provinsi Maluku Utara selama 6 hari dari tanggal 20 hingga 25 april 2008. Sebanyak 94 peserta yang merupakan mahasiswa terbaik dari seluruh
Maluku Kie Raha atau sebutan untuk 4 kerajaan Islam terbesar di wilayah Maluku Utara;
Selama 5 hari kami seluruh peserta berkesempatan mengunjungi sejumlah tempat wisata sejarah di keempat pulau tersebut, mulai dari benteng-benteng sisa pendudukan bangsa Eropa hingga masjid dan keraton Sultan dari kerajaan-kerajaan Maluku Kie Raha. Kegiatan kami tidak hanya berbentuk wisata sejarah, sisi intelektualitas kami sebagai mahasiswa pun disentuh lewat berbagai bentuk diskusi yang disampaikan baik oleh para ahli atau professional dalam bidang sejarah,potensi perikanan, dan potensi pertanian maupun oleh para pejabat daerah setempat mengenai potensi daerah-daerah di wilayah provinsi Maluku Utara. Selain itu kegiatan ini semakin menarik dengan adanya lomba poster dan makalah sesuai tema kegiatan, quiz dunia kebaharian, dan pemilihan ratu serta raja bahari.
Seluruh peserta dari wilayah
Rombongan kemudian menuju penginapan yaitu Balai Latihan Kerja Ternate, dimana disana sudah menunggu para peserta yang datang dari wilayah timur, seperti Papua, Ambon, Manado, Mataram,Makassar, Bali, dan Maluku Utara sendiri. Setelah saling berkenalan dan beristirahat sebentar semua rombongan AJARI III bersiap mengenakan pakaian batik rapi untuk mengikuti kegiatan malam pembukaan acara AJARI III di ballroom Hotel Amara, hotel terbesar di Ternate. Pembukaan acara itu dilakukan oleh wakil dari gubernur Maluku Utara, pihak Depdiknas, dan panitia acara AJARI III. Acara dibuka secara simbolis dengan pemasangan atribut AJARI III berupa vest, ransel, topi dan nametag kepada wakil peserta dari barat, tengah, dan timur wilayah
Di hari kedua kami berangkat dari pelabuhan Ahmad Yani Ternate menuju Pelabuhan Babang di Pulau Bacan dengan kapal “HALSEL Express”, yaitu sebuah bentuk moda transportasi laut sebagai alat transportasi antar pulau di Maluku Utara yang disediakan oleh perusahaan daerah Kabupaten Halmahera. Perjalanan ke Pulau Bacan ternyata sangat lama, tapi selama perjalanan agenda kegiatan kami diisi oleh penjelasan tentang kapal perang TNI dari seorang DANLANAL Ternate, Kapten laut Darwanto; cerita tentang Pulau Makean dari Bapak Rustam, dan Penayangan profil Kabupaten Halamahera Selatan dari seorang professional di bidang bisnis yang bekerja untuk perusahaan daerah Halmahera Selatan.
Sesampainya di Pulau Bacan, tepatnya di Pelabuhan Babang, kami lagi-lagi disambut oleh tarian adat kali ini adalah tarian Cakalele yang dibawakan oleh sejumlah anak-anak kecil laki-laki dan perempuan seumuran SD. Kedatangan kami di Pulau Bacan tidak hanya disambut oleh para penari cilik tersebut tapi juga disambut oleh pejabat daerah setempat, dan tidak lupa disambut oleh teriknya matahari Pulau Bacan yang sangat menyengat. Setelah terlebih dahulu dijamu makan siang di Pendopo Bupati Bacan kami melanjutkan wisata ke tempat-tempat bersejarah di Pulau Bacan yaitu Masjid Sultan Bacan, Keraton Sultan Bacan, Benteng Bernaveld dan Rumah Putih.
Malam hari di Pulau Bacan kami kembali melakukan acara diskusi dengan Bupati Halmahera Selatan, Bapak Muhammad Kasuba, mengenai potensi daerahnya, pelayanan public yang disediakan pemerintah untuk masyarakat, strategi pembangunan wilayah Halmahera Selatan, serta bagaimana wilayah HalSel menghadapi kemandirian daerahnya dimasa depan. Acara diskusi malam itu ditutup dengan sebuah tarian asal Pulau Makean yaitu Tari Pergaulan, yang dibawakan oleh 3 pasang muda-mudi dengan diiringi music dan nyanyian tradisional.
Di hari Ketiga berangkat dari Pelabuhan Babang-Bacan kami kembali menaiki Kapal Halsel Express menuju Pulau Tidore. Dalam perjalanan menuju Pulau Tidore kegiatan diisi dengan quiz seputar sejarah kebaharian dan perdagangan rempah-rempah nusantara yang dilakukan secara berkelompok. Saya sendiri yang merupakan mahasiswa Ekonomi hanya bermodalkan sejarah yang diterima semasa SMA harus bersaing dengan mahasiswa lain yang sebagian besar berasal dari jurusan ilmu sejarah atau antropologi dan arkeologi. Perjalanan ke Pulau Tidore sangat lama, tapi kami cukup terhibur dengan kegiatan quiz tadi dan berkesempatan pula untuk menikmati laut Maluku Utara dari atas kapal. Saya sendiri sempat takjub melihat beberapa ekor lumba-lumba berenang muncul dan berloncatan di atas permukaan air, serta melihat banyak ikan terbang yang juga unjuk kebolehan di laut. Saat itu juga diumumkan 10 besar finalis lomba poster dan lomba penulisan makalah, alhamdullilah makalah saya yang berjudul “Memberdayakan Potensi Ekonomi Agraris dan Bahari sebagai Langkah Membangun Kepulauan Maluku” masuk sebagai 10 besar finalis.
Diatas kapal kami sebagian peserta berkumpul dan membuat permainan lempar pantun dan sambung menyambung kata. Permainan itu benar-benar seru, dimana kami pun bisa saling mengakrabkan diri. Sulit dibayangkan begitu banyak anak dari berbagai daerah dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda, dapat dengan mudah saling membaur dan bersahabat, ini merupakan salah satu bukti bahwa persatuan itu mudah diciptakan hanya saja perlu saling pengertian dan membudayakan pikiran yang positif terhadap orang lain.
Mendekati pelabuhan Pulau Tidore, kami disambut oleh pasukan Kapal Kora-Kora, yaitu kapal tradisional Maluku Utara yang dahulunya merupakan armada perang kerajaan. Di atas kapal Kora-Kora, ada sekelompok orang yang menarikan Tari Cakalela dengan senjata tradisional, berdasarkan keterangan teman dari Ternate tarian ini dulunya dimaksudkan sebagai sarana rekruitmen tenaga perang dan juga symbol perlawanan terhadap penjajah, tapi kini tarian itu dimaksudkan untuk menyambut tamu yang baru pertama kali datang ke Maluku Utara.
Di pulau Tidore kami dijamu makan siang oleh Walikota Tidore, disana akhirnya niat saya terlunaskan yaitu MAKAN PAPEDA. Papeda yang saya makan dipadukan dengan sayur ikan kuning, sayur lilin, dan Gohu (ikan tuna mentah dengan cabe, bawang, dan air jeruk nipis). Mulanya agak jijik melihatnya tapi setelah dimakan, ternyata taste papeda cocok dengan selera saya. Selain Papeda kami juga disuguhi sirup pala, yang rasanya mirip dengan jamu kunyit-asem, khas pulau Tidore dan berbagai kue tradisional setempat.
Tempat wisata sejarah yang kami kunjungi di Pulau Tidore adalah Makam Sultan Nuku dan Museum Sonie Malinge. Makam Sultan Nuku, yang merupakan salah satu Raja terbesar di Nusantara tidaklah terlalu besar, hanya berbentuk kompleks makam kecil saja tapi memang sangat dianggap istimewa oleh masyarakat setempat. Sedangkan Museum Sonie Malinge adalah museum untuk mengenang Sultan Nuku, didalamnya terdapat sejumlah barang peninggalan Sultan dan yang paling istimewa ada mahkota Sultan Nuku dimana disana tumbuh rambut yang selalu memanjang sehingga setiap Maulid nabi diadakan Upacara Pemotongan Rambut tersebut.
Perjalanan kami di Pulau Tidore berakhir di Pantai Rhum, dimana kami lagi-lagi dijamu oleh Walikota Tidore dengan berbagai tarian dan nyayian juga suguhan makanan tradisional. Dari kediaman Walikota Tidore menuju Pantai Rhum, kami disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan, pantai yang sangat indah dan benar-benar menggoda untuk dicoba, sayang perjalanan kami dalam AJARI ini tidak memasukan agenda bermain di laut atau pantai. Di Pantai Rhum mula-mula dibawakan tarian oleh seorang penari cantik dengan permainan payungnya dan beberapa orang penari pendamping, yaitu Tari Tujuh Putrih. Selesai tarian, kami disuguhkan atraksi Bambu Gila, yaitu bamboo panjang yang diberi mantera sehingga memiliki kemampuan seperti magnet dan nantinya ada sekitar 5 orang yang akan memegang bambu itu dan menahan geraknya.
Inilah saat yang paling berkesan dari pertemanan kami sesama peserta AJARI, yaitu saat di Pantai Rhum seorang penyanyi lokal mengajak kami semua berjoget bersama ditengah guyuran hujan. Tanpa malu semua anak berjoget bersama-sama, dan ditutup dengan nyanyi bareng-bareng lagu perpisahan di pimpin oleh Amru, peserta dari
“ Selamat jalan.selamat jalan..pulau tidore… torang datang dari rantau so rindu mo bakudapa torang orang basudara sioo…mari kumpul rame-rame di pulau tidore, deng bacarita sejarah tempo dulu, sioo sayangee..torang inga torang pe kisa, sampai hari tua, air mata tatumpa…”
No comments:
Post a Comment