Lanjutannya....
Hari kamis, dari pelabuhan Dufa-dufa Ternate kami berangkat menuju Daerah jailolo, di perjalanan diadakan pemilihan raja dan ratu bahari dan kemudian didapat 3 kandidat raja yaitu Vindro-Unpatti, Nathan-Uncen, dan Adrian-Unair, serta 3 kandidat ratu yaitu Berryl-UI, Lina-Paramadina, dan Dini-IPB.semua calon itu nantinya akan menjalani seleksi wawancara untuk didapat raja-ratu bahari 2008.
Tiba di Pelabuhan Jailolo kami disambut oleh Tari Lego Sahu dan pejabat setempat, kami langsung berangkat menuju objek wisata sejarah Makam Banau, Banau adalah pahlawan dari Maluku utara yang terkenal keberaniannya melawan penjajah. Lalu ke Masjid Kesultanan Gamalamo Jailolo, Kemudian dilanjutkan melihat Upacara pemasangan atap Rumah Adat Sasadu di desa Taraudu. Prosesi pemasangan atap rumah adat ini harus melalui semacam upacara dengan mengelilingi rumah adat sebanyak 7 kali dipimpin oleh ketua adat dan diiringi oleh musik-musik. Di rumah adat Sasadu kami diberi penjelasan tentang prosesi upacara tadi juga disuguhi makanan sejenis nasi yang dibungkus daun pisang dimasukan kedalam batang bambu lalu dibakar, kemudian beberapa teman saya juga mencoba Saguer semacam arak dari buah enau. Teman dari Ternate, Jasmin, sempat melarang saya mencoba karena itu haram mengandung alkohol, tapi karena penasaran akhirnya saya coba juga dan rasanya seperti air tape dan pedas di tenggorokan.
Dari Desa Taraudu kami menuju kantor DPRD Jailolo untuk jamuan makan siang dan spanjang perjalanan kami melewati perkebunan yang ditumbuhi tanaman pala, saya cukup norak juga ketika melihat pohon pala langsung. Di kantor DPRD Jailolo semangat bergoyang kami kembali terpanggil, setelah makan siang kami diajak berjoget Tari Masaleya diiringi dengan nyanyian dari penyanyi lokal. Tari Masaleya lebih bertumpu pada gerakan kaki, seperti maju mundur kemudian menunggu aba-aba pemimpin untuk berputar, saya sendiri sempat bingung tapi kemudian mendapat pelatihan cukup intensif dari Vindro-Unpatti(Ambon) tentang pola gerakannya, maka saya pun cukup bisa mengikuti gerakan yang lain.
Setelah makan siang kami bertolak kembali ke Ternate untuk mengunjungi sejumlah tempat bersejarah lainnya. Perjalanan kembali ke Ternate kami diguyur hujan yang cukup lebat sehingga ketika menaiki Kapal Halsel Express kami merasakan goyangan yang cukup dahsyat, berhubung setiap tahun selalu mudik ke Lampung dengan kapal laut maka goyangan ombak seperti ini gak terlalu berpengaruh buat saya. Dalam perjalanan kembali ke Ternate dilakukan wawancara untuk setiap kandidat raja dan ratu bahari, mereka mendapat sejumlah pertanyaan dari dewan juri yaitu para panitia, sedangkan kami cukup menikmati bagaimana para kandidat itu menunjukan “kebolehannya”.
Sesampainya di Ternate tempat-tempat yang kami kunjungi adalah Benteng Orange, Benteng Tolukko, dan Benteng Kalamata. Benteng Orange adalah pusat pemerintahan Hindia belanda saat masa penjajahan Belanda dibawah pimpinan, Pieter Boat,Benteng Orange cukup luas tapi kurang di”budaya”kan sebagai peninggalan sejarah karena terbukti masih banyak anggota tentara yang tinggal di dalam benteng. Di benteng ini juga terdapat sumur gantung yaitu sumur yang airnya lebih tinggi daripada kota yang terletak dibawah.
Benteng Tolukko menurut saya adalah benteng paling indah yang saya lihat selama di Maluku Utara. Benteng ini paling terawatt disbanding dengan benteng lainnya dan lagi pemandangan di atas benteng sangat indah. Dari atas benteng kita bisa melihat pemandangan laut dan gunung serta pulau-pulau disekitar Ternate. Dimuka benteng juga ada semacam museum kecil tempat memajang foto dan barang-barang bersejarah yang berkaitan dengan benteng ini. Benteng Kalamata juga merupakan benteng yang cukup terawat dan pemandangannya sangat indah karena terletak dipinggir laut.Benteng ini dulunya digunakan sebagai tempat bertahan pasukan Belanda saat dikepung oleh pejuang dan rakyat Ternate.
Hari sudah sore, maka dari benteng Kalamata kami kembali ke penginapan untuk persiapan acara penutupan malam harinya. Sedih jika berpikir akan menutup acara ini dan kembali pulang karena saya sendiri sudah merasa sangat akrab dengan teman-teman AJARI lainnya. Sebelum malam penutupan, saya berkesempatan untuk berkeliling kota Ternate dengan teman dari STKIP Keiraha Ternate yaitu, Jasmyn Safi, dengan motornya. Selepas magrib, Jasmyn mengambil motor dirumahnya dan kami pun berangkat ke Ternate Mal untuk membeli batere kamera saya dan sandal jepit titipan Lina.Setelah mendapat apa yang saya tuju, kami tidak langsung pulang tapi berkeliling kota Ternate dulu, Jasmyn mengajak saya melihat Majid Raya Ternate yang sedang dibangun di pinggir pantai, melihat Pelabuhan Bastiong, pasar dan pusat jajanan di Ternate, serta tempat jualan jagung bakar yang merupakan tempat favorit anak muda ternate kalo pacaran.
Dari hasil jalan-jalan dengan Jasmyn saya melihat bahwa kota ini sudah cukup mandiri dengan kuasa otonomi daerah yang dimilikinya. Barang-barang publik tersedia dengan baik, RS umum, jalan raya yang masih mulus aspalnya, serta lampu lalu lintas dan penerang jalan yang masih berfungsi dengan baik. Menurut Jasmyn, Ternate memiliki 3 pelabuhan laut yaitu Ahmad Yani, Dufa-Dufa dan Bastiong. Berbincang dengan Jasmyn pun membuat saya kagum karena ternyata sebagai anak daerah pola pikirnya sudah sangat maju, dya berencana selepas S1 tidak langsung kerja melainkan melanjutkan S2 di Yogya atau Jakarta. Salut untuk Jasmyn, putera daerah seperti ini yang nantinya akan membangun wilayahnya, asalkan ilmu yang didapat dibawa kembali ke daerah dan diabdikan untuk masyarakatnya.
Tibalah di malam penutupan. Kami sebagian peserta akan menampilkan sejumlah pertunjukan seni seperti ada yang Menari, pagelaran wayang, baca puisi juga nyanyi. Saya sendiri tidak ikut berpertunjukan malam itu, padahal sebenarnya sudah menyiapkan sebuah puisi persahabatan yang saya tulis sendiri dan akan dibawakan dalam Bahasa Lampung, tapi berhubung pe-de nya gak muncul-muncul maka batallah rencana itu (dan saya nyesel banget sesampainya di Jakarta). Selepas makan malam sejumlah pertunjukan seni baik dari pserta AJARI maupun dari seniman setempat digelar, yang paling menonjol dari pertunjukan itu adalah penampilan Nathan dari Papua, lengkap dengan celana rumbai-rumbai dan cat hitam diseluruh tubuhnya Nathan menarikan Tari Panahan dan yang paling lucu adalah Nathan sempat jatuh diatas panggung.
Acara malam itu mungkin menjadi malam terakhir kami bersenang-senang bersama, maka kami semua pun gak ragu untuk maju ke panggung dan berjoget serta nyanyi sama-sama. Kembali lagu maso-maso itu dinyanyikan, hiks..hiks.. bener2 bikin terharu. Sebagai penutupan kami semua berangkulan dan menyanyikan lagu nasional bersama-sama, sebagai tanda, kami generasi muda melalui kegiatan ini telah menunjukn bahwa persatuan sesame anak bangsa itu mudah sekali terwujud dan kami semua akan berjuang demi kejayaan Indonesia dengan porsi kamu maisng-masing.
Hari terakhir di Maluku Utara kami berkunjung ke Keraton Kesultanan Ternate dan benteng Kastela, sayang sekali kami tidak bisa berkunjung ke Cengkeh Afo. Keraton Kesultanan Ternate adalah bangunan yang cukup megah, didalmnya terdapat sejumlah barang bersejarah Kesultanan Ternate sejak Sultan Baabulah. Dari atas Keraton kita bisa melihat pemandangan seluruh Kota Ternate. Objek terakhir adalah Benteng Kastela, benteng ini terdiri dari tugu yang setiap sisinya bercerita tentang masa penjajahan Portugis, seperti pembunuhan Sultan Hairrun dan Perlawanan rakyat ternate dipimpin Sultan Baabullah. Di dekat Benteng terdapat Pantai Kastela yang sebenarnya cukup indah tapi kurang ditonjolkan pesonanya, saya,indra,lina dan putri sempat colong-colong pergi kesana dan mangambil beberapa gambar.
Sesuai dengan agenda seharusnya jam-jam terakhir kami di Ternate diisi dengan wisata belanja, semua peserta pun sudah bersiap untuk membeli kerajinan besi putih khas Ternate dan baju-baju yang bergambarakan pesona kota ini. Tapia pa mau dikata, ternyata penerbangan kami menuju Makassar dimajukan bebrapa jam maka jadilah kami urung membawa oleh-oleh khas Pulau Ternate. Semua teman-teman dari Papua, Ambon, Maluku Utara, bali, dan Manado yang tidak ikut kami kembali ke Jakarta mengantar hingga Bandara. Sungguh berat berpisah dengan mereka, tapi kami semua saling berjanji untuk tetpa berhubungan meski hanya lewat sms atau media internet saja. Sebelum pulang saya sempat mendapat oleh-oleh sebuah buku dari Jasmyn dan dya sempat pesan akan datang ke Jakarta untuk menemui saya.
Sayangnya kepulangan kami ke Jakarta diwarnai oleh sebuah musibah, seorang teman kami dari UGM yaitu Itha jatuh sakit dan tidak bisa ikut pulang ke Jakarta hari itu, beruntunglah masih ada beberapa teman-teman yang lain yang menunggui Itha di Ternate. Dari atas peswat menuju Makassar saya yakin kami semua merasakan hal yang sama yaitu berat meninggalkan Maluku Utara terutama teman-teman disana. Kekesalan kami yang tidak sempat belanja di ternate cukup terbayarkan dengan kesempatan berbelanja banyak di Makassar, dengan ditemani oleh Barak teman dari Makassar kami semua mencari oleh-oleh dari toko terdekat (thanks to Barak)
Akhirnya berakhir sudah perjalanan kami dalam AJARI III ini, tapi saya yakin pertemuan seminggu itu dengan teman-teman bukanlah pertemuan dan persahabatan sesaat saja, tapi ini akan jadi persahabatan yang kekal karena terbukti pasca AJARI pun kami masih saling berhubungan. Ada beberapa value added yang saya dapatlkan selama AJARI:
Pertama, rumput tetangga mungkin memang lebih hijau daripada rumput sendiri (plesir ke LN terlihat lebih menarik daripada pesona wisata daerah Indonesia) tapi coba lihat lebih dekat ke halaman rumah kita, rumputnya tidak terlihat hijau karena tertutupi oleh ribuan bunga beraneka warna yang tidak akan kita jumpai di halaman tetangga yang hijau itu, negeri kita terlalu beraneka dan itu jauh lebih indah dan kaya dari negri manapun untuk dijelajahi.
Kedua, kami memang berbeda berasal dari beragam suku dan beragam kebiasaan. Kami berbeda karena mendiami wilayah berbeda sehingga kami memandang dari arah mata angin yang berbeda tapi pandangan kami menuju 1 tujuan yang sama, yaitu bagaimana membangun Indonesia dengan porsi kami masing-masing sebagai generasi muda. Persatuan itu ternyata mudah diwujudkan asalkan dapat menjalankan komunikasi yang baik serta saling berpikir positif.
“ Dari Maluku Utara, kami mahasiswa seluruh Indonesia, bertekad dengan semangat bahari akan mewujudkan Kejayaan Indonesia” (ikrar seluruh peserta AJARI III terakhir kalinya).
No comments:
Post a Comment